بسم الله الرحمن الرحيم
Wabah Corona antara kacamata Iman dan Kacamata kuda
Pengalaman hidup di masa Pandemi Covid 19 ini sangat berharga bagi generasi kita. Nanti sejarah akan mengenang kisah kemanusiaan menghadapi krisis cobaaan wabah paling berpedampak abad ini.
Dalam kilasan sejarah,kita qmendapati tragedy wabah semacam ini terus terjadi dari waktu-ke waktu dengan jumlah korban yang tak sama dan dampak yang berbeda pula. Dari masa sahabat Nabi Saw sampai saat ini.
1. Selaku muslim kita diwajibkan memaknai kejadian ini dengan kacamata iman bukan hanya melihatnya sebagai krisis global semata. Apakah ada design di belakang ini semua atau ia hanya kejadian alam kebetulan semata?
Al-Quran menceritakan pada kita bahwa telah terjadi pada umat-umat terdahulu kesusahan hidup, kesengsaraan dan kemelaratan yang menghimpit mereka. Dan ternyata tidak terjadi secara kebetulan da nada tujuan yang menyertainya. Inilah positifnya islam, tidak ada yang kebetulan dan tidak ada pula yang sia-sia.
Allah berfirman :
“Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. (Al-An’am 42)
Tragedy kemanusiaan terjadi dengan Izin Allah agar manusia memohon pada Allah dan mereka merendahkan diri. Adakah manusia sudah hidup secara otomatis dalam control dirinya sehingga sudah merasa tak butuh lagi pada Tuhan? Apakah manusia sudah congkak, angkuh dan sombong? Sehinggu harus diuji dengan kerendahan diri? Barangkali demikian adanya manusia di abad 21 ini.
Contoh dalam sejarah orang paling congkak dan sombong adalah Fir’aun. Karena kesombongan penguasa di kaumnnya, dan kaumnya yang mengikuti tipuan Fir’aun, Allah coba Fira’un dan kaumnya dengan kemelaratan dan kesengsaraan juga. Firman Allah :
“Dan Sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir’aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran.” (Al-A’raf : 130)
Lagi-lagi kita mendapatkan bahwa kejadian tersebut ada tujuannya. Supaya mereka mengambil pelajaran dan sebelumnya agar mereka merendahkan diri. Jadi tidak ada yang terjadi karena kebetulan dan tidak ada pula yang tanpa tujuan. Walau pernah terjadi sebelumnya, tragedy ini yang Nampak alami, tapi alami by design oleh Pencipta untuk sebuah banyak tujuan mulia. Kita percaya dan meyakininya.
Allah juga mengingatkan kalau yang demikian ini adalah ketentuan Allah yang akan terus terjadi kapan saja :
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah : 155)
Kekurangan jiwa dalam ayat tersebut adalah adanya kematian yang menimpa, keluarga, kerabat, dan saudara-saudara seiman lainnya. Allah menyebutkan, dalam kondisi demikian nanti, maka bergembiralah bagi orang yang mampu bersabar menghadapinya dan mau kembali pada Allah dengan merendahkan diri.
Lihat, Selalu saja nilai akhir dari segala tragedi kemanusiaan bersifat positif dalam islam.
Sehingga, dengan kejadian wabah ini, seorang mukmin tidak pernah mempertanyakan pertanyaan membingungkan seperti : kenapa ini terjadi? Dan apa tujuan dari semua ini? disaat orang non mukmin merasa bingung dengan petaka ini dan bahkan banyak yang mencaci kondisi, trauma, stress, depresi dengan masa depan tak menentu dan mengalami gangguan mental sampai bunuh diri.
Washingtonpost misalkan mengetangahkan berita seperti : The Coronavirus Pandemic is pushing America into a mental health crisis”. Healtheuropa memaparkan fakta berikut : An internasional study has revealed that 41% of the UK population’s mental health is at risk because of the Covud 19 Crisis”.
Kalaupun kita menghadapi krisis kesehatan, krisis ekonomi dan social, tapi kita terselamatkan dari krisis yang lebih parah dari itu, yaitu krisis mental dan jiwa. Ini semua dampak positif Iman kita.
2. Tapi kenapa kebanyakan orang, saat ini tidak juga merendahkan diri dengan mendekati Allah bahkan menganggap yang terjadi biasa saja? Hati mereka keras kata Allah. Tidak mau merubah pola pikirnya, sikap dan tingkah laku kehidupan yang lebih baik. lebih shalih (baik) dan muslih (orang yang memperbaiki). Allah menyatakan salah satu sebab dari hal tersebut adalah tak sanggupnya mereka meninggalkan kebiasaan yang telah mereka nikmati. Sehingga setan telah mampu menghiasi dalam hidup mereka dengan kebiasaan yang jauh dari Allah. Kita dapati saat social distancing, batasan keluar dan ngumpul tidak menjadikan mereka menyendiri dengan Allah dan mendekat dengan ibadah dan amal shalih. Bahkan yang ditunggu-tunggu adalah kapan bisa balik secepatnya melakukan kebiasaan yang telah selalu mereka kerjakan!
Firman Allah :
Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras, dan syaitanpun Menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.” (Al-An’am :43)
Adakah shalat kita saat ini lebih khusyu dari biasanya? Adakah kepedulian membantu sesame yang membutuhkan lebih kita prioritaskan hari ini? adakah keshalihan dalam rumah tangga kita menjadi prioritas pikiran kita? Adakah hidup bersama al-Quran menjadi kebiasaan kita? Kalau iya, maka berbahagialah dengan keinsafan yang kita jalani masa wabah ini.
Namun bila justru sebagian kita tersibukkan berpikir kapan ia bisa kembali menjalani kebiasaan lama tanpa mampu merubah perangainya, maka ini yang disebutkan bahwa setan telah berhasil memasang kacamata kuda pada mereka.
3. krisis Corona telah menyadarkan kita bahwa keluarga punya makna penting dalam hidup. Saat kita hidup dengan dunia luar yang tak menentu, dengan segala ke khawatiran dan ancaman yang menerpa, ternyata keluarga adalah benteng kedamaain hidup yang tersisa diatas sepetak tanah bumi ini. di dalam rumah kita terdapat orang yang mencintai dan menyayangi kita dan yang kita cintai dan sayangi. Inilah makna berkeluarga sejak awal, mewujudkan ketentraman. firman Allah :
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Ar-Ruum : 21)
Kita tidak sendirian, kita merasa damai dan tentram. Bertaubatlah kita yang selama ini kurang perhatian dengan jalinan keluarga yang baik, memutuskan tali kerabat. Kerabat kita yang siap mensupport kita saat orang lain tak mau membantu meringankan beban hidup kita.
Jalinan kemanusiaan sejati terjadi dalam keluarga dan kerabat kita, saat manusia lain boleh memutuskan hubungan dengan kita kapan saja.
4. mari kita renungkan ! Berapa berat satu Virus? Diperkirakan 0,85 Attogram(ag)1 ag = 10 x -18gr= 10x-21 kg. Agar seorang sakit terinfeksi virus, maka itu perlu pada 70 milyar Virus dalam tubuhnya. Berat virus 70 milyar virus ,=0,000005 gr. Jumlah yang terinfeksi virus Corona dari sejak awal sampai hari ini sekitar 3,9 juta orang. Jumlah Virus yang menyerang mereka 3,9 juta orang adalah kurang lebih seberat 2,9 gr. Maka bayangkan, Di Bumi ada sekitar 7 milyar manusia dengan segala teknologi dan peradaban mutakhir super power. Semuanya tak berdaya menghadapi 2,9 gr virus yang menyerang mereka…!
Tidakkah nampak firman Allah :” …dan manusia diciptakan bersifat lemah!”.(An-Nisā’:28)
Saudaraku, walau Allah mempersempit pintu masuk ke dalam masjid, tapi Allah tidak pernah menutup pintu keampunanNya, walau jalan menuju tempat kerja kita sepi, tapi rahmat dan rizki Allah tidak berkurang apalagi putus. Khawatirlah kita kalau seandainya wabah ini tak mampu membuka pintu baru dan tidak merentas jalan lai bagi kita untuk menuju Allah SWT.
Selamat Hari raya Idul Fitri..
وكل عام وأنتم بخير، تقبل الله منا ومنكم صالح الأعمال