Konsep Pensiun Menurut Islam

Diteruskan oleh Drs. H. Suardi Saidi, M.Ag. (Ketua Takmir Masjid Taqwa Merduati, Banda Aceh).

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakutuh

Kebanyakan dari kita sudah terpola untuk berpikir ingin hidup tenang di hari tua, duduk2 tanpa beban, hanya bermain dengan cucu, reunian, jalan2 ke sana ke mari. Kita ingin hidup di zona nyaman. Atau kita hanya berpikir menghabiskan masa tua hanya dg shalat & membaca Al Quran dari waktu ke waktu, tanpa kegiatan lain.


Itulah Mindset kita. Itulah fenomena yg terjadi di sekitar kita. Ketika kita belum memasuki usia pensiun pun, kita kerap sudah merasa bukan saatnya untuk aktif.

Kita kehilangan gairah. Bahkan mungkin kehilangan arah,

  • Mau apa… ?
  • Mau ke mana… ?
  • Untuk apa… ?

Hanya ingin hidup tenang di zona nyaman. Hanya ingin ber senang2, tak ingin bergerak. Kita bahkan cenderung hanya ingin memikirkan diri sendiri. Makin tak peduli dg sesama. Kita merasa sudah saatnya istirahat.

BUKAN BEGITU…  ???

Sebenarnya, adakah Islam mengajarkan pola pikir semacam itu tentang hari tua..?

INGAT SURAH AL INSYIRAH : 7-8

“Maka apabila engkau sudah selesai mengerjakan satu urusan, maka kerjakanlah dg sungguh sungguh urusan yg lain. Dan kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”

I N G A T L A H …  !!!

Di usia tua Rasulullah Shallalahu ‘Allaihi Wassalam tidak sibuk dengan Shalat & Membaca Al Quran saja. Mulai usia 53 tahun justru beliau makin aktif membina hubungan dengan sesama manusia. Membangun masyarakat Madani (Civil Society) di Madinah. 

Tidak hanya hubungan dengan Allah, tapi juga hubungan dengan manusia. Beliau makin bermasyarakat, makin terlibat dalam Kehidupan Sosial. Artinya, memasuki usia pensiun bukan alasan kita untuk melepaskan diri dari kehidupan sosial & hanya sibuk dg diri sendiri. 

Hingga akhir hayat, Rasulullah tidak pernah diam & tidak juga ingin beristirahat. Beliau juga tidak meninggal dalam keadaan kaya, tidak juga dalam keadaan pensiun karena beliau tetap memimpin umatnya.

Pensiun beliau Shallallahu ‘Allaihi Wassalam adalah kematian. Begitu juga Sahabat2 Rasulullah yg lain. Mereka pensiunnya setelah wafat. Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, contohnya. Bahkan Abu Ayyub al-Anshari berangkat  berperang menghadapi tentara Byzantium pada usia 93 tahun.

Konsep pensiun yg umum dipahami masyarakat membuat kita lupa bahwa bertambah usia itu berarti kesempatan hidup kita makin berkurang.

Manusia sukses versi Islam itu menurut Hadist adalah : “Manusia terbaik di antaramu adalah yg paling bermanfaat bagi manusia lain.”

Bertambah usia, justru kita harus makin merambah dunia. Berbagi & menjadi sosok bermanfaat. Bukan berpikir untuk hidup santai & sekadar menghabiskan waktu dengan hal2 tak jelas. Lagipula, makin pasif seseorang, makin cepat pikunlah ia.

Alhasil, jika memang kita ingin mempersiapkan hari tua, selain menyiapkan uang agar tidak berkekurangan, yg lebih penting adalah menyiapkan apa yg bisa kita lakukan agar kita bisa bermanfaat bagi sesama di hari tua, sampai saatnya menutup mata. Tak ada kata terlambat untuk memulai hidup baru. Tua bukan alasan untuk putus asa & berhenti.

Merasa tua & berpikir bukan saatnya lagi untuk hidup aktif & dinamis adalah bukan pilihan yg tepat. Justru, kita harus lebih hidup & bersemangat.

Tidak ada kata pensiun untuk menjadi manusia sukses di mata Allah.

Wallahua’lam bisshawab